Bahasan ringkas Aqidah, Fiqh & Muamalah
KUNCI KESELAMATAN DAN SEBAB MENDAPATKAN RAHMAT ALLAH
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَاِ ذْ قُلْنَا لِلْمَلٰٓئِكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰ دَمَ فَسَجَدُوْۤا اِلَّاۤ اِبْلِيْسَ ۗ اَبٰى وَا سْتَكْبَرَ ۖ وَكَا نَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 34)
Pelajaran yang bisa diambil dari kisah Nabi Adam ‘alaihi salam dan Iblis adalah sebab seseorang dilaknat atau dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Iblis dilaknat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala karena sombong tidak mau taat kepada Allah Ta’ala dan tidak mau bertaubat kepada Allah Ta’ala hingga hari kiamat. Sombong dan merendahkan Nabi Adam ‘alaihi salam karena penyakit hasad (dengki) yang ada dalam hatinya.
Adapun Nabi Adam ‘alaihi salam mendapatkan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebab bertaubat kepada Allah Ta’ala atas kesalahan yang diperbuatnya (melanggar larangan Allah) yang telah diabadikan dalam Al-Qur’an.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قَا لَا رَبَّنَا ظَلَمْنَاۤ اَنْفُسَنَا وَاِ نْ لَّمْ تَغْفِرْ لَـنَا وَتَرْحَمْنَا لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 23)
Yang membedakan antara Nabi Adam ‘alaihi salam dan Iblis adalah :
Pertama. Nabi Adam ‘alaihi salam segera bertaubat kepada Allah Ta’ala dan mengakui kesalahannya sebelum wafatnya. Sedangkan Iblis bersikap congkak dan sombong, tidak mau mengakui kesalahannya dan tidak segera bertaubat kepada Allah Ta’ala, bahkan mohon dipanjangkan umurnya hingga hari kiamat untuk menyesatkan anak keturunan orang yang di dengkinya serta merendahkan Nabi Adam ‘alaihi salam dan membanggakan diri.
Iblis dicipta dari nyala api, sedangkan Adam dicipta dari tanah liat yang hitam dan lembek. Iblis merasa unsur nyala api lebih mulia dari pada unsur tanah liat, kesalahan terbesar Iblis adalah mengukur perintah Allah Ta’ala dengan paradigma (akal) Iblis yang lemah.
Kedua. Nabi Adam ‘alaihi salam dan Iblis sama-sama melakukan kesalahan (dosa), namun berbeda dalam menyikapi kesalahannya.
Nabi Adam ‘alaihi salam segera mengakui kesalahannya dan telah menzalimi diri sendiri karena kelemahan yang ada pada dirinya yang tidak kuat dengan godaan hawa nafsu dan rayuan Iblis, kemudian Nabi Adam bertaubat dan mohon ampun kepada Allah Ta’ala, dan taubatnya diterima.
Sedangkan Iblis sebaliknya dan menuduh Allah salah dalam memerintah dirinya untuk sujud kepada Adam ‘alaihi salam sehingga Iblis mengabaikan perintah Allah Ta’ala dan tidak mengakui kesalahan dan tidak mau bertaubat kepada-Nya.
Kuncinya pada perbuatan taubat kepada Allah Ta’ala dan istighfar (mohon ampun) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar rahmat Allah dan ampunan dari-Nya diberikan kepada orang-orang yang mau bertaubat. Oleh karena itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Dari Anas, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Semua keturunan Adam adalah orang yang pernah berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat.” [HR. Ibnu Majah, Ad Darimi, Al Hakim. Dikatakan hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih]
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan orang-orang beriman agar terus-menerus bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mendapatkan kesuksesan dan keberuntungan disisi-Nya. Tidak sebagaimana Iblis yang enggan bertaubat kepada-Nya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْۤا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًا ۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَـكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ ۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,” (QS. At-Tahrim 66: Ayat 8)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
مَا يَفْعَلُ اللّٰهُ بِعَذَا بِكُمْ اِنْ شَكَرْتُمْ وَاٰ مَنْتُمْ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ شَا كِرًا عَلِيْمًا
“Allah tidak akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 147)
Orang yang beriman dan bersyukur kepada Allah Ta’ala tidak akan disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan menjadi orang yang beriman dan bersyukur tidak mungkin terjadi kecuali dengan bertaubat dan istightar (mohon ampun) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Artinya orang beriman pun tidak akan luput dari berbuat salah (melakukan dosa), apalagi kita yang sering melalaikan sholat, durhaka kepada kedua orangtua, berbuat zhalim dan yang semisalnya, tentu lebih berhajat (membutuhkan) segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (berbuat dosa), janganlah kamu berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53).
Syarat Diterimanya Taubat
Syarat taubat yang mesti dipenuhi oleh seseorang yang ingin bertaubat adalah sebagai berikut:
Pertama: Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.
Kedua: Menyesali dosa yang telah dilakukan sehingga ia pun tidak ingin mengulanginya kembali.
Ketiga: Tidak terus menerus dalam berbuat dosa. Maksudnya, apabila ia melakukan keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta maaf.
Keempat: Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut lagi karena jika seseorang masih bertekad untuk mengulanginya maka itu pertanda bahwa ia tidak benci pada maksiat.
Kelima: Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum datang ajal atau sebelum matahari terbit dari arah barat. Jika dilakukan setelah itu, maka taubat tersebut tidak lagi diterima.
Inilah syarat taubat yang biasa disebutkan oleh para ulama.
Semoga Allah senantiasa memberi taufik kepada kita untuk menggapai ridho-Nya dan bertaubat kepada-Nya. Dan semoga Allah menerima setiap taubat dari kita dan memberikan ampunan-Nya kepada kita semuanya. Aamiin.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Wallahu a’lam bishowab.
✍🏻 Diringkas dan disusun ulang oleh Akhukum Abu Ahmad dari berbagai sumber. Dipersilahkan copy dan dishare untuk berbagi manfaat.

Euforia pesta demokrasi sangat terasa dan semakin dekat dengan hari perhelatan negara. Ini perhelatan negara setiap 5 tahun sekali untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat 5 tahun ke depan.
Dari sejak Indonesia merdeka hingga sekarang ini sudah beberapa kali perhelatan demokrasi ini dilaksanakan. Tentu dengan usia Indonesia merdeka lebih dari 78 tahun, harapan kita semua bangsa Indonesia sudah menjadi dewasa dalam menghadapi perbedaan pilihan.
Sikap Menghadapi Pemilihan Umum (Pilpres, Pilkada & Pilleg) :
1- Demokrasi Adalah Sistem Yang Tidak Sesuai Syari’at Islam, namun karena menjadi sistem yang berlaku di negeri kita, sehingga tidak dapat dihindari oleh ummat Islam saat ini.
2. Dalam Islam, Memilih Pemimpin muslim Adalah suatu Kewajiban berdasarkan ijma’ kaum muslimin, karena kemasalahatan agama dan umat tidak tegak secara utuh kecuali dengan peran para pemimpin.
3. Para ulama’ telah menegaskan bahwa mengangkat Pemimpin Adalah Kewajiban, Dan Satu-satunya Cara yang konstitusional dalam Memilih Pemimpin di NKRI ini adalah Dengan Cara Pemilu, Maka Jumhur Ulama’ Membolehkan Bahkan Menganjurkan seluruh ummat Islam untuk menggunakan hak suara ( tidak boleh Golput ) Dengan Pertimbangan Meminimalisir Madharat Bagi Islam Dan Kaum Muslimin dan mengupayakan kebaikan bagi ummat, bangsa dan negara.
4. Dalam Memilih Pemimpin Tentunya Tidak Ada Yang Sempurna; Benar-benar Bersih, Beriman Dan Bertakwa. Setiap calon pemimpin pasti memiliki Kekurangan, karena itu dianjurkan untuk memilih yang paling baik menurut Islam dari calon yang ada.
5. Pilihlah Pemimpin Yang Muslim, Memiliki Rekam Jejak Yang Baik Berdasarkan Fakta Dan Data, paling dekat dengan ulama Dan umat Islam, Dan Paling Ringan Madharatnya Bagi Islam Dan Kaum Muslimin.
7. Penjelasan ini juga berlaku pada pemilihan pemimpin di level daerah; pilgub, pilbub, pilwalkot, serta anggota legislatif (DPR & DPRD)
8. Ajak keluarga dan orang orang di sekitar anda untuk menggunakan hak suara untuk memilih calon yang paling ringan madharatnya dan diharapkan paling banyak membawa kebaikan bagi ummat Islam.
Demikian himbauan dari Sarasehan Penggiat Dakwah JATIM .
Wahai Saudaraku……!
Kita sebagai bangsa Indonesia yang bersaudara harus menyadari bahwa kemerdekaan adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan amanat dari para pendiri NKRI bagi bangsa Indonesia, yang selayaknya harus disyukuri dengan meningkatkan iman dan amal sholeh oleh semua anak bangsa, apalagi sesama saudara Muslim yang diikat oleh IMAN dan ISLAM. Tentu ikatan persaudaraan seperti ini harus dijaga dari hal-hal yang merusaknya.
Lihatlah kondisi saudara kita di Suriah, Afghanistan, Irak dan lain-lain terkoyak dan menderita karena perang saudara yang tidak tahu kapan akan berhenti.
Janganlah persaudaraan itu dicederai hanya karena beda pilihan dalam pemilu.
Ingatlah bahwa pemilu itu hanya lah sebagai sarana untuk mengatur kemaslahatan umat, bukan untuk sarana berpecah belah.
Para ulama kita dahulu sudah mengingatkan tentang bahaya nya sistem demokrasi yang mempunyai potensi kerusakan untuk memecah belah persatuan umat suatu bangsa dan potensi keburukan lainnya.
Kita diperintahkan untuk bermusyawarah dan bermufakat untuk memilih pemimpin kita, yang diwakili oleh orang-orang yang layak, mampu dan amanah, bukan diserahkan kepada setiap orang yang tidak tahu maslahat dan mafsadatnya.
Selain itu, biaya demokrasi juga sangat mahal harganya, yang mendorong pelakunya terjebak dan terfitnah dalam kubangan dosa dan maksiat seperti korupsi, kolusi, nepotisme, rizwah (suap), tazkiyah diri, riya’ dll.
Perbuatan dosa dan maksiat dilakukan untuk mendapatkan dana dan memperoleh suara dalam melakukan pesta demokrasi, seperti penggalangan massa, dana kampanye (pembuatan baliho, spanduk, iklan, survey dll), atau membeli suara dengan cara suap.
WAHAI PARA CALON PEMIMPIN…BERHATI-HATILAH..!
ANCAMAN TERHADAP PEMIMPIN YANG CURANG
Kekuasaan adalah amanah yang diambil dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga akan dimintai pertanggung-jawaban di akherat kelak.
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مِنْ عَبْدِ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً, يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ, وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ, إِلَّا حَرَّمَ اَللَّهُ عَلَيْهِ اَلْجَنَّةَ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Ma’qil Bin Yasâr Radhiyallahu anhu berkata, aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allâh untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allâh mengharamkan surga atasnya.” [Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri dalam kitab al-Ahkâm bab manistur’iya ra’iyyatan falam yanshah, no. 7150, juga Imam Muslim, no. 142 dari jalur Abul Asy-hab dari al-Hasan rahimahullah]
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberiku kekuasaan?” Lalu beliau memegang pundakku dengan tangannya, kemudian bersabda,
يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا
“Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. Dan kekuasaan itu adalah amanah, dan kekuasaan tersebut pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu.” (HR. Muslim no. 1825).
Tentu untuk mendapatkan suara agar dipilih menjadi seorang pemimpin dengan biaya mahal, tentu tidak akan lepas dari fitnah menyalah-gunakan jabatan untuk melakukan korupsi atau perbuatan dosa lainnya seperti adu domba, menebar fitnah dan ghibah dimana-mana untuk membentuk opini di masyarakat, atau perbuatan riya’ dan klaim besih-bersih diri (tazkiyah diri). Hal seperti ini sangat dilarang di dalam agama kita.
Jika perbuatan di atas tidak dihindarkan atau dicegah tentu akan berujung pada pertikaian dan permusuhan. Oleh karena itu kita harus sadar agar tidak mudah terprovokosi dengan fitnah dan hasutan. Ingatlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۗ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)
Kita harus sadar bahwa demokrasi itu pada awalnya diciptakan sebagai alat untuk memecah belah persatuan suatu bangsa, makanya bangsa Indonesia jangan sampai terjebak dengan makar para penjajah yakni melalui alat demokrasi untuk menimbulkan ketidak-stabilan dan perpecahan diantara bangsa Indonesia agar bangsa Indonesia dapat di eksploitasi kekayaannya tanpa disadari.
Ingatlah bahwa orang-orang mukmin itu bersaudara yang diikat dengan ikatan IMAN dan ISLAM..!
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَا تَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat 49: Ayat 10)
Ingatlah bahwa memberikan suara di bilik TPS-TPS hanyalah sebagai sarana dan ikhtiar untuk mendapatkan pemimpin yang baik bagi rakyat Indonesia dan itu pun belum ada jaminannya, oleh karena itu jangan berlebihan dan kehilangkan akal sehat kita.
Pilihlah pemimpin yang sesuai kriteria yang telah digariskan dalam agama kita, baik dari segi ilmu agama, akhlaq dan kepemimpinannya untuk menjamin keselamatan bangsa Indonesia di dunia dan akherat. Itulah tujuan kekuasaan yang diamanahkan kepada seseorang dan akan dimintai pertanggung-jawaban di hadapan Allah nanti.
Pilihan boleh berbeda, tapi jangan terlalu FANATIK sehingga menghilangkan akal sehat dan kesadaran kita sebagai suatu bangsa yang mempunyai cita-cita yang sama dan berdaulat.
Menang dan kalah dalam PEMILU itu biasa saja..! Kita sebagai bangsa Indonesia harus bersikap dewasa, kita dukung mereka yang terpilih maupun yang tidak terpilih yaitu dengan DOA kebaikan dan keselamatan.
Jika sudah ada yang terpilih, maka semua komponen bangsa harus bersatu padu dan bekerjasama dalam mewujudkan cita-cita mulia bersama. Jangan saling sikut dan menjatuhkan satu sama lain.
Jika kita tidak suka Salah Satu PASLON tidak perlu dihujat, difitnah atau dibeberkan aibnya. Begitu juga sebaliknya jangan menyanjungnya melebihi kepatutan.
Apakah menghujat mereka akan membuat hati kita merasa puas? Apakah perbuatan menghujat tidak dicatat oleh dua Malaikat pencatat?
Apakah kita sudah sempurna, tidak ada cela dan kesalahan sehingga kita bebas menghakimi seseorang?
TIDAKKAH JUSTRU AKAN MENAMBAH PUNDI-PUNDI DOSA KITA…?
Mereka punya kelemahan dan kelebihan. Kita pun demikian.
Bagaimanapun mereka, sebaik apapun mereka, kalau hati kita sudah benci maka akan tetap salah di mata kita.
Sebaik apapun mereka tidak akan terlihat kelebihan mereka karena hati sudah diliputi awan hitam kebencian.
KETIKA DI AKHIRAT KELAK BAGAIMANA CARA KITA MEMINTA MAAF KEPADA MEREKA YANG KITA HUJAT DAN KITA FITNAH SEDANGKAN KITA BELUM DIMAAFKANNYA KETIKA MASIH HIDUP DI DUNIA ..?
Pertanyaan yang perlu direnungkan…!
Jika salah satu dari mereka sudah terpilih terus KITA jadi apa?
Jika salah satu sudah terpilih, apakah kita bisa terhindar dari bencana?
Padahal bencana dan musibah timbul karena sebab dosa-dosa kita yang menggunung tanpa ada penyesalan.
KITA HIDUP SUDAH DI AKHIR ZAMAN. Siapapun PRESIDEN nya pasti akan banyak bencana dan cobaan yang sudah ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebelum bumi dan langit diciptakan sebagai ujian kehidupan di dunia, bahkan fitnah terbesar di akhir zaman ini adalah turunnya AL-MASIH DAJJAL yang mengaku sebagai tuhan dan buta matanya sebelah.
Kita yang harus sadar untuk mempersiapkan diri kita masing-masing sambil berupaya dan berdoa untuk mendapatkan pemimpin yang layak dan baik. Bisa jadi pemimpinnya baik tetapi kawan atau rekan di sekelilingnya tidak baik, makanya perlu doa dan dukungan dari kita agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaganya dan memperbaikinya.
Bumi yang kita pijak ini menangis melihat ulah kita sebagai manusia, apakah kita akan menambah beban lagi dengan tingkah laku kita yang tidak patut menurut agama dan norma yang baik? Dendam, caci-maki dan pertengkaran yang tiada henti.
SIAPAPUN PRESIDENNYA TIDAK AKAN MENGUBAH HIDUP KITA KECUALI DIRI KITA SENDIRI YANG BERUSAHA DAN KEHENDAK ALLAH TA’ALA
Tidak akan membuat kita kaya jika kita malas bekerja dan berusaha. Dan berangan-angan mendapatkan durian runtuh, padahal pohonnya belum ditanam.
Tidak akan membuat kita lebih baik jika kita sendiri tidak melakukan kebajikan dan berusaha ke arah yang lebih baik
KEMBALI KEPADA DIRI KITA SENDIRI DAN INTROSPEKSI, INGIN JADI LEBIH BAIK ATAU TETAP BEGITU² SAJA
Ayolah sahabat, saudara dan kawan…. Jangan karena hanya terdapat perbedaan pilihan setiap 5 tahun sekali kemudian kita tidak bisa satu shaf melakukan sholat berjama’ah di masjid, makan dan ngopi bareng, ngaji bareng, belanja bareng, tersenyum dan bekerja sama dalam berbuat kebajikan bahkan sindir-sindiran di Sosmed yang membuat sakit di dada.
LEBIH PARAH LAGI SILATURRAHMI SESAMA SAUDARA PUTUS GARA-GARA BEDA PILIHAN.
HIDUP INI CUMA SEBENTAR KAWAN…!
SIAPAPUN PRESIDENNYA SUDAH MENJADI KETETAPAN ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA SEBELUM KITA DILAHIRKAN.
Tugas kita adalah memperbaiki diri sendiri, mendoakan pemimpin dan mohon kepada Allah Ta’ala diberikan pemimpin yang baik. Pemimpin adalah cerminan rakyat yang dipimpinnya. Kalau kita baik, in-syaa Allah pemimpin kita juga akan baik.
Mencoblos pemilu tanggal 14 Februari 2024 itu hanya sebuah sarana dan ikhtiar untuk mendapatkan pemimpin yang baik, tapi itu bukan suatu jaminan..! Makanya perlu pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala..!
Yang menjamin kita untuk mendapatkan pemimpin yang baik adalah baiknya rakyat yang akan dipimpinnya. Hendaklah kita terus memperbaiki diri kita agar semakin dekat kepada Allah Ta’ala dengan cara bertaqwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya TAQWA agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan pemimpin yang baik untuk umat Islam.
Jangan lah kita tertipu dengan janji-janji demokrasi, karena hati manusia ini gampang berubah dan mudah terfitnah.
HENDAKNYA di sisa umur yang kita jalani ini….. MARILAH kita meningkatkan iman dan amal sholeh kita dan jangan menambah beban dan dosa-dosa diri kita. INGATLAH bahwa orang lain tidak akan pernah melakukan amal sholeh untuk kita, tetapi diri kita sendiri yang harus melakukannya.
DOAKAN BANGSA KITA (INDONESIA) AGAR MENDAPATKAN PEMIMPIN YANG BAIK, AMANAH, BERKEMAMPUAN BEKERJA UNTUK RAKYAT INDONESIA SERTA MENYAYANGI MEREKA
Oleh karena itu, setiap Muslim diharapkan untuk mendoakan kebaikan bagi para pemimpinnya agar dibimbing dan diberi kekuatan untuk menjalankan amanah sebaik-baiknya, diberi kekuatan dan kemampuan untuk menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, bersatu untuk memimpin rakyat dalam memperbaiki kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya, melindungi rakyat dari agresi negara atau bangsa lain dan lain sebagainya.
Dari ‘Abdush Shomad bin Yazid Al Baghdadiy, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Fudhail bin ‘Iyadh berkata,
لو أن لي دعوة مستجابة ما صيرتها الا في الامام
“Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku.”
Ada yang bertanya pada Fudhail, “Kenapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Jika aku tujukan doa tersebut pada diriku saja, maka itu hanya bermanfaat untukku. Namun jika aku tujukan untuk pemimpinku, maka rakyat dan negara akan menjadi baik.” (Hilyatul Auliya’ karya Abu Nu’aim Al Ashfahaniy, 8: 77, Darul Ihya’ At Turots Al ‘Iroqiy)
Doa pertama :
اللهم إني أعوذبك من إمارةِ الصبيان والسفهاء
(Allahumma inni a’udzubika min imratisshibyan was sufaha’)
“Yaa Allah, sungguh kami berlindung kepada-Mu dari pemimpin yang kekanak-kanakan dan dari pemimpin yang bodoh.” [Shahih adabul mufrad (47/66)]
Doa kedua :
اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لَا يَخَافُكَ فِيْنَا وَلَا يَرْحَمُنَا
(Allahumma laa tusallith ‘alainaa bidzunubinaa man laa yakhafuka fiinaa wa laa yarhamunaa)
“Yaa Allah -dikarenakan dosa-dosa kami- janganlah Engkau kuasakan (beri pemimpin) orang-orang yang tidak takut kepada-Mu atas kami dan tidak pula bersikap rahmah kepada kami.”
Doa ketiga :
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ
“Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, di mana pun mereka berada.”
Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin…🙏🤲
Demikian semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam bishowab.
Suranto Abu Ahmad